Mata Kuliah Asuhuan Kebidanan Neonates, Bayi dan
Anak Balita
OMFALOKEL
DOSEN PENGAMPU :
Disusun
oleh :
B
8.2
KELOMPOK VII :
1. BAIQ
DIKA FATMASARI (11140056)
2. SOMI
DIRA (111400)
3. FESTIVIA (11140092)
4.
PROGRAM STUDI DIV
BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Rasa
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,
Makalah
ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, bayi, dan balita, sehingga dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa untuk
melakukan asuhan kebidanan.
Dalam
menyusun makalah ini kami banyak dibantu oleh Dosen mata kuliah maupun dengan
kerja kelompok, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah terlibat dalam penulisan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
penulisan makalah selanjutnya.
Yogyakarta, 30 Januari
2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………........ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah…………………………………… 1
2.1
Rumusan masalah………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi…………………………………………………… 3
2.2 Etiologi…………………………………………………… 4
2.3 Patofisiologis……………………………………………... 6
2.4 Diagnosa………………………………………………….. 8
2.5 Kelasifikasi……………………………………………….. 9
2.6 Komposisi………………………………………………… 10
2.7Penatalaksanaan…………………………………………… 12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………… … 13
3.2
Saran……………………………………………………. … 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Masalah-masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut
sebagai cedera atau trauma lahir.Partus yang lama akan menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan
cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi.Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi.Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
2.1 TUJUAN
PENULISAN
1. Untuk
mengetahui definisi kelainan bawaan omfalokel
2. Untuk
mengetahui etiologi dari kelainan omfalokel
3. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari kelainan bawaan omfalokel
BAB II
PEMBAHASAAN
1.1
Definisi
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melelui akar
pusat lainnya melalui akar pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum ( selaput
perut ) dan tidak dilapisi oleh kulit
Omfalokel
secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus tali
pusat dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu
defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilikus (umbilical ring)
atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ abdomen dari
cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput
terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum. Diantara lapisan tersebut
kadang-kadang terdapat lapisan wharton'sJells.
Omfalokel suatu keadaan dimana viseral abdominal terdapat di luar cavum abdomen tetapi masih di daiam kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai kantong bening tidak berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion pada pangkal tali pusat. Omphalokel adalah herniasi sebagian isi intra abdomen melalui cincin umbilikus yang terbuka ke dalam dasar tali pusat. Ukurannya bervariasi dalam sentimeter, di dalamnya berisi seluruh midgut, raster dan lepar. Sekitar 70°% kasus, omphalokel berhubungan dengan kelainan yang lain. Kelainan terbanyak adalah kelainan kromosom.
Omfalokel suatu keadaan dimana viseral abdominal terdapat di luar cavum abdomen tetapi masih di daiam kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai kantong bening tidak berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion pada pangkal tali pusat. Omphalokel adalah herniasi sebagian isi intra abdomen melalui cincin umbilikus yang terbuka ke dalam dasar tali pusat. Ukurannya bervariasi dalam sentimeter, di dalamnya berisi seluruh midgut, raster dan lepar. Sekitar 70°% kasus, omphalokel berhubungan dengan kelainan yang lain. Kelainan terbanyak adalah kelainan kromosom.
Sudah lama
dikenal bahwa omphalokel sering berhubungan dengan kelainan penyerta lain, hal
ini menunjukkan keikutsertaan perkembangan embriologi secara umum. Kelainan
penyerta terjadi antara 30% sampai dengan no o termasuk kelainan kromosom.
Frekwensinya cenderung menurun, kelainan jantung kongenital, sindrom
Beckwith-Wiedemann (bayi dengan besar masa kehamilan; hiperinsulinisme;
viseromegali dari ginjal, glandula suprarenalis dan pankreas; makrolosia; tumor
hepatorenal; ekstrofia kloaka.
2.1 Etiologi
Penyebab
pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko
atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya
adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam
folat, hipoksia, pengunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.
Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara herediter, namun sekitar
50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom kelainan kongenital yang lain.
Sindrom kelainan kongenital yang sering
berhubungan dengan omphalokel diantaranya:
1.
Syndrome of upper midline development atau thorako
abdominal syndrome (pentalogy of Cantrell) berupa upper midline omphalocele,
anterior diaphragmatic hernia, sternal cleft, cardiac anomaly berupa ektopic
cordis dan vsd.
2.
Syndrome of lower midline development benzpa bladder
(hipogastric omphalocele) a.tau cloacal extrophv, inferforate anus, colonie
atresia, vesicointestinal fistula, sacrovenebral anomaly dan menin.wmyelocele
dan sindrom-sindrom vang lain seperti Beckwith-Wiedemann syndrome, Reiger
syndrome, Prune-belly syndrome dan sindrom-sindrome kelainan kromosom seperti
yang telah disebutkan.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa
penyebab omphalokel, yaitu:
1.
Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu
hamil sakit daa terinfeksi; penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan
genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta
dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi
dengan gastroschizis dan omphalokel paling sering dijumpai
2.Defisiensi asam folat hipoksia dan
salisilat menimbulkan defek dindin~ abdomen pada percobaan den;an tikus tetapi
kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan
MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus Bila
suatu kelainan didapati bersamaan den-an adanya omphalokel, layak untuk
dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3.
Polihidramnion.
dapat diduga adanva atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak denganUSG.
3.1 Fatofisiologis
Pada janin
usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada
usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra
peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan
terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati.
Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini
disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus,
usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion,
keadaan ini disebut gastroschisis.
4.1 Diagnosa
Diagnosis omphalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi dikerjakan, pemeriksaan fisik secara iengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram pada saat lahir, ornphalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin urnbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis ) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10°,o sampai 18°,10, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4° o saat proses kelahiran.
Omphalokel
raksasa (gnant omphalocele) mempunyai suatu kantong vani), menempati harnpir
seluruh dinding, abdomen, berisi hampir semua organ intraabdomen dan
berhubungan dengan tidak berkembangnya r ongga peritoneum serta hipoplasi
pulrnoner.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal
1.
Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering
ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat
dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut secara
normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin.
2.
Diagnosis postnatal (setelah kelahiran)
Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel
ialah terdapatnya defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek
bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai dengan 12 cm, mengandung
herniasi organ¬-organ abdomen baik solid maupaun berongga dan masih dilapisi
oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak
kantong. Kantong atau ,elaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa
selaput amnion dan lapisan dalam berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut
kadang-kadang terdapat lapisan Warton's jelly. Warton's jelly adalah jaringan
mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal).
5.1 Kelasifikasi
Klasifikasi
Omfalokel menurut Moore, yaitu:
Tipe 1 : diameter defek <> 5 cm
Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil
mungkin tak terdiagnosis saat lahir. Dalam kasus ini timbul bahaya tersendiri
bila kantong terpit klem dan sebagian isinya berupa usus, bagiannya teriris
saat ligasi tali pusat. Bila omphalokel dibiarkarn tampa penanganan, bungkusnya
akan mengering dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak. Pada saat
tersebut akan menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta.
Kadang dijumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.
6.1 Komposisi
Komplikasi
dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan
bawaan lain yang memperburuk prognosis.
7.1 Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan prenatal
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka
sebaiknya dilakukan informed consent pada orang tua tentan; keadaa.n janin,
resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan All
kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak.
Keputusan akhir dibutuhkan guna
perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya bempa melanjutkan kehamilan atau
mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan abservasi
melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan.
Selama kehamilan omphalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan nzptur
sehingga mempengaruhi prognosis.
2.
Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan
segera setelah lahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal
apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan
postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan
gastroskisis adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih membutuhkan resusitasi awal cariran dibanding bayi dengan gastrokisis.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih membutuhkan resusitasi awal cariran dibanding bayi dengan gastrokisis.
Penatalaksanaan segera bayi dengan omphalokel adalah sbb:
1.
Tempatkan bayi pada ruangan vang asaeptik dan hangat
untuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
2.
Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari
bayi menagis dan air swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk
memperlancar drainase.
3.
Lakukan penilaian ada/tidaknva distress respirasi yang
mungkin membutuhkan alai bantu verltilasi seperti intubasi endotrakeal.
Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan masuknya udara kedalam traktus gastrointestinal.
4.
Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk
mengeluarkan udara dan cairan dari sistem usus sellinop dapat mencegah muntah,
mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem
usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu dipasang
rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.
5.
Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi
kandung kencing dan mengurangi tekanan intra abdomen.
6.
Pasang jalur intra vena (sebaiknva pada ektremitas
atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga
tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein vang mun(jkin terjadi
karena ganggLlan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad spektrum.
7.
Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam
basa, cairan dan elektrolit.
8.
Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginal, glukosa
dan hematokrit perlu dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan.
9.
Fvaluasi adanya kelainan kongenital lain yang
ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
10. Bila bayi
akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan
ditambah oksigen.
Penatalaksanaan
nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omphalokel secara konservatif dilakukan pada kasus omphalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi¬bayi prematur yang memiliki hyaline membran disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti gagal jantung. Pada giant ornphalocele bisa terjadi hernias] dari seluruh organ-organ intraabdomen dan dinding abdomen berkernbang sangat buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat mernbahayakan bayi. Beberapa All, walaupun demikian, perllah mencoba rnelakukan operasi pada giant otnphalocele secara primer dengan moditikasi dan berhasil.
Tindakan nonaperatif secara sederhana dilakukan dengan
dasar merangsang epitelisasi dari
kanton- atau selaput. Suatu saat setelah -ranulasi terbentuk maka dapat
dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan
dinepair pada waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0.25% merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan 'terangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau kantumg dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dari mengurangi isi kantong.Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kanong. Beberapa material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, in poliamid mesh yang dilekatkan pada kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tinakan nonoperatif pada omphalokel memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omphalokel dapat ruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ abdomen.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi adalah 0.25% merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan 'terangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau kantumg dengan elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dari mengurangi isi kantong.Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal pada kanong. Beberapa material yang biasa digunakan ialah Ace wraps, Velcro binder, in poliamid mesh yang dilekatkan pada kulit. Glasser (2003) menyatakan bahwa tinakan nonoperatif pada omphalokel memerlukan waktu yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omphalokel dapat ruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ abdomen.
Indikasi terapi non bedah adalah:
1.
Bayi dengan ompalokel raksasa (giant ornphalocele) dan
kelainan penyerta yang mengancam jiwa dimana penanganannva harus didahulukan
daripada umphalokel ya.
2.
Neonatus dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi
bila dilakukan pembedahan.
3.
Bayi dengan kelainan lain vang berat yang sangat mempengaruhi
daya tahan hidup.
Penatalaksanaan dengan operasi
Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan.
Keberhasilan penutupan primer
tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin ada (misalnya
kelainan paru) Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan
hidup yang optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ
intraabomen, aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS
yang pendek.
Operasi dilakukan setelah tercapai
resusitasi dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila
terdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer atau langsung ) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar operasi balk pada primary ataupun staged closure yang banyak dilakukan pada sebagiaan besar pusat adalah dengan membuka dan mengeksisi kantong.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer atau langsung ) dan staged closure (penutupan secara bertahap). Standar operasi balk pada primary ataupun staged closure yang banyak dilakukan pada sebagiaan besar pusat adalah dengan membuka dan mengeksisi kantong.
Organ-organ intraabdomen kemudian
dieksplorasi, dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.
Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada
omphalokel kecil dan medium atau terdapat sedikit perbedaan antara volume
organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga
abdomen. Primary closure biasanya dilakukan pada omphalokel dengan diameter
defek <>
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Omfalokel adalah penonjolan dari
usus atau isi perut lainnya melelui akar pusat lainnya melalui akar pusat yang
hanya dilapisi oleh peritoneum ( selaput perut ) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Kelainan ini
disertai dengan kelainan bawaan, seperti kelainan kromosom, hernia
diafragmatika dan kelainan jantung
Gejalannya
banyak usus dan organ perut lainnya yang menonjol,dan pengobatan yang paling
bagus agar tidak cendra pada usus dan infeksi perut, dilakukan oprasi
pembedahan untuk menutupi usus.
Daftar pustaka
Sudarti, Afroh fauziah .(2012) Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Nuha Medika: Yogyakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1.
Jakarta:
Infomedika
Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. SPOG.1997. Ilmu Kebidanan Edisi II. Yayasan Bina
Pustaka:
Jakarta
Prawirohardjo,
Sarwono. (2009) Ilmu Kebidanan¸ Edisi IV, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Varney.H, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
volume 1 ed. 4, Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul bari, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Parwiro
Hardjo. Jakarta.
( http : // jurnali NEONATUS. pdf – UGM – CASE. Com ) diakses tanggal 30 Maret
2011, jam 16.20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar