Senin, 06 Mei 2013

Makalah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.2 Apasajakah penyebab muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.4 Apasajakah tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.5 Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi?
1.2.6 Bagaimana peran bidan pada muntah dan gumoh pada bayi?



1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.5 Untuk mengetahui cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi.
1.3.6 Untuk mengetahui peran bidan dalam menangani muntah dan gumoh pada bayi.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut dengan kekuatan secara aktif. Muntah terjadi adanya kontraksi otot-otot perut. Cairan yang kaluar biasanya lebih banyak dibandingkan gumoh, lebih dari 10 cc bisa keluar dari hidung.




2.2 Etiologi
a. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.
d. infeksi pada saluran pencernaan.
e. cara memberi makan yang salah.
f. keracunan
Penyebab muntah dan gumoh pada bayi menurut Kishore;
1. Refleks menelan belum bagus
Ketika makanan ditaruh dibagian depan lidahnya, sibayi berusaha menelannya dengan menjulurkan lidahnya, namun bukannya bisa masuk, malah makannanya jadi keluar lagi, seperti halnya bayi mau belajar merangkak, kadang jalannya bukannya maju malah mundur karena koordinasi motoriknya belum bagus. Sementara kalau dia menghisap ASI, tak menjadi masalah karena puting ada di belakang lidahnya. Refleks menelan ini akan membaik dengan sendirinya tergantung kemampuyan masing-masing bayi dalam menelan. Umumnya diatas usia 6 bulan. Jika refleks menelannya belum baik dan bayi belum bisa menelan makanan padat, bisa diatasi dengan mengecerkan lagi makannanya dengan cara membender hingga mudah baginya untuk menelan. Misalnya nasi tim, diblender dengan blender khusus untuk makanan bayi. Awal diblender selama 2 menit dilakukan selama 2 menit. Setelah itu diblender hanya 1 menit. Jadi makin lama makin sebentar membelendernya. Dengan demikian dia bisa lambat laun jadi terlatih. Diharapkan diusia setahun dia bisa makan nasi lembek.


2. Tak Kenal dengan Makanannya
Jika bayi tak kenal atau tak suka dengan makanan, bayi yang semi padat atau padat, tentu akan menolaknya. Selama ini makanan yang diterima bayi selalu dalam bentuk cair. Ketika mendapatkan makanan yang semi padat pasti awalnya akan menolak, bila demikian, pemberiannya harus dimundurkan dengan cara agak diencerkan lagi. Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akan membuatnya trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan, dia jadi menangis karena takut dijejalkan.
3. Rasanya Berbeda
Ada pula yang menolak nasi tim karena rasanya berbeda, karena selama 6 bulan pertama bayi kenalnya hanya rasa manis. Kalau bayi tak suka karena tak mengenal rasa tim tersebut. Bisa diupayakan agar sibayi belajar mengenal rasa. Jadi rasanya harus diubah dan divariasikan, misalnya diberi tambahan kecap manis. Semakin lama kecapnya dikurangi hingga bayi mengenal rasa nasi tim yang lain. Muntah juga bisa terjadi karena bayi kekenyangan makan atau minum.
4. Gangguan sfingter
Pada saluran pencernaan ada saluran makan (esophagus), yang berawal dari tenggorokan sampai lambung, pada saluran yang menuju lambung ada semacam klep atau katup yang dinamkan sfingter. Fungsinya untuk mencegah keluarnya kembali makanan yang sudah masuk ke lambung.
Dalam keadaan ini sfingter belum berfungsi secara sempurna, tetapi akan membaik dengan sendirinya sejalan bertambah usia. Umumnya diatas usia 6 bulan. Namun ada kalanya di usia itu pun sibayi masih mengalami gangguan. Gejalanya biasanya bayi akan sering gumoh terutama sehabis disusui. Kadang, ada juga sfingter dengan gangguan yang disebut hipertropi pylorus stenosis, yaitu adanya otot pylorus yang menebal hingga makanan akan susah turun dari lambung ke usus. Akhirnya keluar muntah. Gejalanya, tiapkali diberikan makanan padat akan muntah tetapi kalau makanan cair tidak. Selain itu berat badannya pun sulit naik. Jika gangguannya berat, makanan cair pun biasanya tak bisa lewat, hingga mengganggu pertumbuhan si bayi karena tidak ada penyerapan makanan. Jika demikian kondisinya, harus dilakukan tindakan operasi secepatnya untuk memperbaiki klepnya hingga saluran makanan dari lambung ke usus bisa jalan dengan lancar. Namun bila gangguannya ringan. Tindakan operasi bisa ditunda. Diharapkan dengan bertambahnya usia, mulai berdiri tegak hingga makanan lebih mudah turun.

2.3 Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Suatu keadaan dimana anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang-kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu-minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi reflek yang dikoordinasi dalam mdulla ablongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan , penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

2.4 Tanda dan Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

2.5 Sifat muntah
a. keluarkan cairan terus-menerus, hal ini kemungkinandisebabkan oleh obstruksi eshopagus.
b. muntah proyektil hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis plylorus (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau membuka).
c. muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan adanya tekanan intera ampula vateri.
d. muntah segera setelah lahir mentap, kemungkinan adanya tekanan intra cranial; yang tinggi atau obstruksi pada usus.
Muntah yang harus diwaspadai;
1. Muntah yang terus menerus dan tak membaik walaupun telah diobati. Sebab muntah bisa berlanjut dengan dehidrasi (kekurangan cairan) bayi menjadi lemas, bibir dan lidahnya kering, terlihat haus, jarang berkemih dan pansa.
2. Muntah berwarna hijau, ini menandakan adanya kelaian pada saluran pencernaan, yaitu dibawah usus 12 jari. Warna hijau berasal dari cairan empedu.
3. Muntah disertai darah. Hal ini menandakan terjadi luka ditenggorokan akibat bayi sering muntah jika hanya berupa bercak darah. Tetapi jika darah cukup banyak, kemungkinan ada pembuluh darah yang pecah.
4. Muntah akibat keracunan. Bayi mengalami muntah dan diikuti diare. Ini bisa terjadi bila pengasuh kurang menjaga kebersihan saat membuat minuman untuk bayi atau tidak steril. Selain menyebakan keracunan, keadaan ini bisa memicu infeksi saluran pencernaan.
5. Muntah keluar seperti air mancur. Ini menunjukan adanya kelainan pada susunan saraf pusat di otak bayi. Kondisi ini biaanya terjadi setelah bayi jatuh.

2.6 Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan muntah pada anak tergantung penyebabnya. Bila disebabkan oleh kelainan usus, muntah akan hilang setelah dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan penyebab kelainan tersebut. Bila penyebabnya infeksi, muntah baru berhenti setelah infeksi diobati. Jangan berikan obat anti muntah karena obat tersebut tidak menyembuhkan penyenan muntahnya, malahan dapat menyesatkan bila ternyata anak tengah menderita suatu kelainan saluran pencernaan yang memerlukan upaya bedah. Selain itu muntah juga dapat menimbulkan efek samping.
Adalah sangat penting mengetahui bahwa muntah/ gumoh berlebihan pada bayi yang mengarah pada hal patologis ibu tak perlu khawatir, jika:
a. BB bertambah (dalam rentang normal)
b. Bayi tampak senang, pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.
Ibu perlu khawatir dan penanganan medis, jika :
a. Penurunan BB. Tidak ada kenaikan BB
b. Infeksi dada berulang
c. Muntah disertai darah
d. Bayi dehidrasi
e. Gangguan penafasan misalnya henti nafas, biru atau nafas dehidrasi
f. Muntah kehijauan
g. Sakit perut selama 6 jam
h. Muncul bintik-bintik merah muda/ keunguan yang tidak hilang saat ditekan
i. Bayi muntah selama 6 jam terakhir atau anak selama 12 jam
j. Tidak mau minum
k. Mengantuk luar biasa dan rewel
Bersihkan muntah dengan lap atau kering agar tak sempat berkontak terlau lama dengan kulit si bayi. Kalau tidak, kulit akan memerah atau terjadi iritasi, yang berarti harus dilakukan pengobatan khusus.
Untuk membersihkan bekas muntah pada pakaian bayi atau perabotan maupun lantai, gangguan campuran air dan soda kue karena dapat menghilangkan noda yang menetap juga menghilangkan baunya.
Beberapa cara meminimalisir gumoh dan muntah pada bayi.
1. Hindari memberikan ASI/ susu saat bayi berbaring, juga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakan bayi dikursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada parut.
3. Hindari merangsang aktifitas yang berlebihan setelah menyusu.
4. Jangan menyusui selagi bayi menangis, berhentilah menyusi untuk menenangkannya.
5.Kontrol jumlah ASI susu yang diberikan. Misalnya berikan ASI / susu dengan jumlah sedikit tapi kering.
6. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa diantara 2 waktu menyusu.
7. Cek lubang dot yang digunakan untuk meberikan ASI/ susu jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar, susu akan mengalir dengan cepat yang memungkinkan bayi gumoh dan botol dimiringkan sedemikian rupa sehingga susu yang memenuhi bagian dotnya, bukan udara.
8. Hindari memberikan ASI / susu ketika bayi sangat lapar karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
9. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 450, jadi cairan yang masuk bisa turun kebawah.
10. Jangan mengangkat bayi saat gumoh/ muntah. Segera mengangkat bayi sat gumoh adalah berbahaya karena muntah/ gumoh bisa turun lagi, masuk ke apru-paru sebaiknya miringkan atau tengkurupkan anak, biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.
11. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk kedalam paru-paru karena bisa menyebakan radang/ infeksi. Muntah pada bayi bukan Cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa keluar dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung dan tenggorokan punya saluranb yang berhubunga. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tidak bisa semuanya keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
12. Hindari bayi tersedak. Bila sibayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernafasan alias paru-paru, ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum bayi muntah (saat menunjukan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan/ didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.

2.8 Asuhan Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
a.Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
b.Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain.
c.Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.

2.9 Pengertian Gumoh
Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Gumoh terjadi jika sebagian isi lambung keluar mulut secara pasif dan tidak disertai kontraksi otot perut. Biasanya karena kebanyakan makan atau kegagalan bayi mengeluarkan udara yang tertelan. Gumoh biasanya terjadi sesaat setelah bayi makan, dimulai pada pekan-pekan pertama kehidupannya. Gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak.
Sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I, 1994).
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitas semakin jarang dialami oleh anak.

2.10 Etiologi
a. Posisi saat menyusui yang tidak tepat
b. Anak sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan
c. Posisi botol
d. Terburu-buru/tergesa-gesa
e. Dan lain-lain
Bayi Gumoh (Jawa) biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan tidak mencukupi.
Penyebab muntah dan Gumoh menurut pendapat lain :
1. Gangguan mengeluarkan udara, karena udara berada dibawah susu berada dalam perut. Ketika perut bayi berkontraksi, udara keluar dari dalam perut dan membawa susu masuk kembali kekerongkongan. Bisa juga karena bayi baru belajar menyusui, ia menghisap terlalu keras banyak atau terlalu cepat. Bayi yang dipeluk terlalu keras setelah makan juga terpaicu untuk muntah.
2. Alergi terhadap susu formula atau alergen daam makanan yang dimakan ibu dapat berpengaruh pada bayi. Tanda-tanda adanya kepekaan terhadap makanan sebagai penyebab kerewelan, sakit perut, serta tingkah laku gelisah, adalah pola yang disebut dengan kolik 24 jam, yaitu rasa sakit yang terjadi maksimum 24 jam setelah ibu mengkonsumsi agi makanan yang sama.
Umumnya makanan yang berpootensi mengganggu dalam ASI adalah produk olahan berbahan susu, makanan atau minuman yang mengandung kafein (minuman ringan, cokelat, kopi, teh dan sebagainya), biji-bijian dan kacang-kacangan (gandum, jagung, kacang tanah, dan lain-lain), makanan pedas, dan makanan yang mengandung gas (brokoli, bawang putih, tauge, cabe hijau, kembang kol, kubis)
3. Ganguan usus atau kemacetan didalam usus yang membuat susu tidak dapat melintas sehingga kembali ke kekerongkongan, yang paling umum dalam kondisi ini adalah stenosispylorus . tanda-tandanya adalah :
a.Bayi muntah dengan semburan yang sangat kuat dan terjadi terus menerus.
b. Berat tubuh berkurang atau gagal mempeoleh kenaikan berat badan
c. Terjadi tanda dehidrasi: kulit berkerut, mulut kering, mata kering, dan jumlah popok kotor berkurang.
d. Perut membengkan seperti balon setelah makan dan dikodongkan setelah muntah.
e. Rasa lapar meningkat dan ia bersemangat makan, disusn dengan muntah dan kembali makan dengan bersemangat.
4. Gastroesophagal Reflux, atau kondisi dimana isi lambung yang banyak mengandung asam naik kembali ke kerongkongan. Tanda-tandanya adalah
a. Bayi sering menangis sangat keras dan sulit dibujuk untuk diam
b. Sering muntah-muntah juga melalui hidung
c. Menderita rasa sakit di perut, siang dan malam
d. Bangun malam karena sakit
e. Rewel setelah makan, menarik-narik kaki dan lututnya kearah dada
f. Sering bersedawa kering atau tersedak dan cegukan
g. Air liur keluar secar berlebihan.
Tanda-tanda awal adanya masalah dengan pemberian ASI/ susu pada bayi, antat lain :
1. Bayi tidak tenang atau rewel atau selalu gelisah sepanjang waktu
2. Bayi tidak ingin menyusu atau tidak bernafsu
3. Bayi selalu menangis saat atau setalah menyusu
4. Bayi muntah atau gumoh secara berlebihan yang berulang dan sering.


2.11 Patofisiologi
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh. Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.

2.12 Tanda dan Gejala
a. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.
b. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
c. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
d. Bayi tidak menolak minum.

2.13 Pencegahan
a.Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b.Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c.Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
d.Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
e. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f.Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
g. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
h.Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
i. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j.Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
2) Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.


2.14 Penatalaksanaan
a. Bersikaplah tenang.
b. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru).
c. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih,pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
d. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.



2.15 Asuhan Bidan
a. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
b. Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
c. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi
3.2 Saranl
a. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
b. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
c. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
d.Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
e. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
f. Check lubang dot yang Anda gunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar ,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda gumoh.
g. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sanagt lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
h. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
i. Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah. Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa radang paru. Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.
j. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
k. Hindari bayi tersedak. Bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias paru-paru. Ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
l. Observasi sangat penting untuk mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayi yang mengarah pada hal patologis. Tak perlu dikhawatirkan jika berat badan bertambah (dalam rentang normal), bayi tampak senang dan tumbuh kembangnya normal. Sebaliknya, perlu khawatir jika terjadi penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan, infeksi dada berulang, muntah disertai darah, bayi dehidrasi dan gangguan pernafasan misal henti nafas, biru atau nafas pendek, karena sistem pencernaannya belum sempurna, muntah adalah hal yang lumrah dialami bayi. Namun, ibu juga perlu waspada adanya faktor penyakit pemicu muntah.
Daftar Pustaka

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sudarti dan Afroh Fauziah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi
dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

http://www.nenihindrianimidwifery.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar